Rabu, 09 Juli 2008

MASA AKHIR ZAMAN TELAH BERLALU

MASA AKHIR ZAMAN TELAH BERLALU . . . .
Peristiwa yang sangat menggemparkan di berbagai belahan benua planit bumi ini, ialah sebuah anggapan bahwa masa akhir zaman itu adalah ... nanti, atau sebagian orang berpendapat bahwa masa akhir zaman itu adalah sekarang, katanya.. ...
Padahal masa akhir zaman itu telah berlalu dua puluh delapan tahun yang silam, yaitu masa kerasulan Nabi Besar Muhammad s.a.w. tahun 1400 H, dan sekarang tahun1428 H, maka keberadaan masa akhir zaman itu telah berlalu dan selesai tahun 1400 H, atau sekitar tahun 1980 Masehi. Tahun-tahun yang telah kita lewati bersama dalam suka dan duka, bersosialisasi sesama rakyat jelata, sebangsa, senegara, dan setanah air yang pernah dibanjiri darah suci para pejuang bangsa yang semakin lama hampir dilupakan makna dari pengorbanannya. Yang dikenang, hanyalah kepahlawanan dalam perjuangannya, tetapi makna yang terkandung di dalam arti kemerdekaan itu sudah tidak lagi tampak dalam implementasi kehidupan kebijakan publik. Seperti yang pernah seluruh para pejabat Kabupaten Bandung(sebelum berkembang Kabupaten Bandung Barat) dalam pelatihan ESQ(Emotional Spiritual Quotient) dari Bapak Ary Ginanjar Agustian, beliau mengemukakan yang pernah disabdakan oleh Rasullulah pada masa yang silam, bahwa:”Sesungguhnya alam semesta ini adalah bagaikan Bunga Mawar Merah yang Merekah”. Pada masa itu nabi kita dicemoohkan oleh orang-orang yang memang pada saat itu belum mengerti. Tahun berganti tahun, lalu setelah ditemukannya sebuah teknologi pada tahun 1999, bahwa benar adanya apa yang telah disabdakan Rasulullah pada masa yang silam tersebut, adalah sebuah kenyataan yang dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para ilmuwan dunia, bahwa keberadaan alam semesta ini terdiri dari bermilyar-milyar galaksi yang dalam penampakkannya bagaikan Bunga Mawar Merah yang Merekah. Beliau pun, Rasulullah s.a.w., juga telah bersabda, bahwa setelah masa akhir zaman berlalu, Agama Islam akan berkembang, atau terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan dalam Agama Islam, dan pada setiap golongan akan selalu merasa, bahwa golongannyalah yang menurut persangkaanya adalah yang paling benar.

Kebenaran yang menurut persangkaan kebanyakan orang-orang, telah dinyatakan di dalam Q.S.6:116 = Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

Dinyatakan pula dalam Q.S.3:94= Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim.

Ternyata orang-orang yang zalim atau tersesat di jalan Allah itu, bukanlah orang-orang yang tidak mengetahui tentang jalan lurus menurut kaidah Ilmu Allah, tetapi mereka tersesat di jalan Allah karena menuruti persangkaan kebanyakan orang-orang tentang kebenaran yang tanpa petunjuk, lalu mereka mengikuti kebenaran semu tersebut dan mereka pertahankan, bahkan mereka perebutkan.

Sebuah ilustrasi dari Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. : adalah ibarat seekor domba yang terlunta-lunta di lereng gunung curam dan kelam, kedinginan, jauh dari kandang. Seperti itulah orang yang tersesat di jalan buntu kebenaran, yang tanpa terang, tanpa petunjuk dalam hidupnya.
Dinyatakan pula dalam Q.S.31:20= Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan, atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

Bahkan beliau Rasulullah s.a.w. juga bersabda akan hal peristiwa yang lebih ekstrim lagi, setelah masa akhir zaman , bahwa keberadaan Alim Ulama Besar adalah orang-orang yang paling jahat di antara makhluk hidup yang bernama manusia. Derajat dan kedudukan mereka sangatlah tinggi berbaur di antara para pengagung negeri, bahkan lebih tinggi lagi di atas langit. Mereka (para Alim Ulama Basar) adalah sebagai ‘penyebar fitnah’. Itulah yang disabdakan Rasulullah s.a.w. pada masa yang silam.
Lebih jauh lagi yang disabdakan Rasulullah s.a.w. setelah masa akhir zaman adalah, bahwa:” Dicabutnya ilmu dan rasa keadilan para pemimpin. Dicabutnya ilmu keimanan dari para Alim Ulama Besar, bersama orang-orang yang menuruti kebenaran dari kebanyakan orang-orang, yang telah dibenarkan pula oleh iblis, yang dinyatakan dalam Q.S.34 : 20= Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.

Keimanan hanya sebuah pengakuan tahayul dan semu, yang sama sekali bukan dari petunjuk Ilmu Allah, sedangkan Kitab Al Quran adalah kitab yang memberi penerangan atau cahaya dalam kebutaan, dan yang telah disempurnakan secara sistematis menurut kaidah Ilmu Agama Islam. Hal ini dinyatakan dalam Q.S.5:103= dalam akhir ayat kata laa ya’qiluun terkandung makna tidak mengerti, dalam arti penalaran yang tanpa ‘akal secara keilmuan, sehingga tidak sesuai dan menyimpang dari kaidah keilmuan dalam Agama Islam, tetapi diselaraskan dengan menurut jalan akal pikiran individu.

Pengakuan keimanan yang sia-sia bila tanpa diterangi cahaya Ilmu Agama Islam, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.2:8= Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.



Cimahi, Akhir Mei 2008

Tidak ada komentar: