IMAM MAHDI
Kebanyakan orang mengira bahwa Imam Mahdi itu adalah semacam sosok figur yang berbentuk manusia yang dianggap akan muncul atau bangkit kembali di kemudian hari. Di dalam perkiraan pemeluk Agama Islam yang akan muncul dikemudian hari adalah Imam Mahdi sebagai Pembawa Kabar Illahi. Di dalam sangkaan umat Nasrani yang akan bangkit kembali di kemudian hari adalah Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Pertanyaannya,”Di kemudian hari yang mana?”
Padahal sesungguhnya Imam mahdi dan Sang Juru Selamat sudah muncul dan sudah bangkit, semenjak Wahyu Allah pertama diturunkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. pada tahun 610 di Gua Hiro, yaitu Q.S.96:1-5, ...sampai saat ini...kelak hingga kepunahan makhluk yang bernama manusia di planit bumi ini pada tahun 270.000, di mana saat itu, iklim di planit bumi ini sudah tidak lagi memungkinkan makhluk manusia dapat bertahan hidup. Mungkin hanya binatang-binatang tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu yang masih bisa bertahan hidup dan berevolusi hingga tahun 450.000 di mana planit bumi ini hancur, berbenturan dalam Sistem Galaksi Bima Sakti.
Dari tahun 270.000 sampai tahun 450.000, di planit bumi ini hanya tertinggal sisa puing-puing peradaban manusia dari zaman ke zaman, gedung-gedung pencakar langit, istana raja-raja, tugu-tugu pahlawan serta monumen-monumen nasional dan internasional, terkubur perlahan oleh debu sang waktu yang akan menjadi saksi bisu dalam meleburnya planit bumi ini.
Sesungguhnya sangat sederhana makna yang terkandung dalam kata Imam Mahdi tersebut, kalau kita pandang dari aspek kaidah Ilmu Agama Islam, bukan perkiraan hipotesis dan tahayul.
Kata Imam mengadung arti pemimpin atau yang memimpin. Kata Mahdi mengandung arti petunjuk wahyu Illahi. Dengan demikian kata Imam Mahdi mengandung arti petunjuk dari Wahyu Allah yang memimpin perjalanan umat islam dalam kehidupan di dunia hingga kehidupan di akhirat. Jadi bukanlah figur manusia yang mengatasnamakan Imam Mahdi yang akan memimpin umat islam. Itu suatu tahayul terbesar dari sangkaan kebanyakan orang-orang yang buta mata hatinya.
Ilmu Allah dalam Kaidah Ilmu Agama Islam, yang harus menjadi pemimpin dengan petunjuk-petunjuk-Nya, yang sudah sekian lama terkubur makna ayat-ayat yang terkandung dalam Kitab Al Quranulhakim. Sehingga Agama Islam sudah bukan lagi sebuah tuntunan, seperti pada zaman junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. Sekarang Agama Islam sudah menjadi sebuah tontonan sangat
menarik yang menggetarkan jiwa dan estetika seluruh pemirsa. Seperti pernah dikemukakan tentang ESQ(Emotional Spiritual Quotient) dari Bapak Ary Ginajar Agustian. Itu adalah sebuah tontonan sangat menarik, yang menggugah emotional dan spiritual para peserta, agar menghayati dan merasakan sesuatu tentang kebenaran Illahi. Tetapi sungguh sangat disayangkan, pelatihan ESQ tidaklah menuntun para peserta kepada Kaidah Ilmu Ketuhanan secara rasional. Para peserta pelatihan hanya dipertontonkan pada kejadian-kejadian yang sangat menakjubkan dan sangat mengharukan, sehingga hanya menggugah dan mengundang tangisan-tangisan histeris yang insidental. Bukan terbukanya sebuah sinar suatu kaidah keilmuan, tentang Ketuhanan secara ilmiah bagi seluruh pejabat di berbagai negeri, dengan tanpa memandang agama yang mereka anut. Para peserta hanya dipertontonkan pada suatu opera Illahi dengan penuh rasa takjub dari sebuah vidio dan audio yang menggetarkan serta mendebarkan jantung!
Sekali lagi, bahwa dua kata Imam dan kata Mahdi itu adalah petunjuk Ilmu Allah yang menjadi pemimpin atau yang memimpin seluruh umat manusia di seluruh alam. Sebagai ilustrasi dinyatakan dalan Q.S.9:23. Yang harus seluruh umat islam pegang teguh adalah peninggalan nabi terakhir, Baginda Rasulullah Muhammad s.a.w., yaitu rahmat yang telah Allah limpahkan kepada beliau yaitu Rahmat Keimanan dan Rahmat Keislaman dengan petunjuk Kalamullah dalam kitab terakhir, Al Quranulhakim. Pasti ! sudah tidak memungkinkan lagi akan hadir nabi-nabi setelah nabi terakhir, yaitu Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang mempunyai sebutan Nabi Akhir Zaman, dan sebagai umat Islam adalah mengikuti kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. bukan sebagai penerus, tetapi sebagai pengabdi kerasulan beliau.
Begitu pula Kebangkitan Juru Selamat Umat Nasrani, adalah Firman Allah dalam Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. dengan gelar Yesus Kristus atau Juru Selamat. Jadi bukanlah figur Yesus Kristus yang akan kembali bangkit. Tetapi umat Kristen harus bangkit dalam pimpinan Firman Allah, yaitu melaksanakan kebaktian menurut kaidah keilmuan dalam Kitab Injil yang sudah pula dituangkan serta disempurnakan dalam Kitab Al Quran melalui wahyu Allah kepada nabi terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar