ILMU.... AGAMA ISLAM
Seperti yang pernah dikemukakan oleh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Cimahi, Tana Suartana,Drs. dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, semasa penulis masih menjadi mahasiswa. Beliau mengemukakan bahwa:”Banyak orang mengetahui tentang administrasi, terutama para aparatur negara dalam pemerintahan Tetapi kebanyakan mereka jarang mengerti tentang ilmu administrasi. Sedangkan kemakmuran atau bahkan kehancuran sebuah negeri, yang sangat menententukan adalah sistem administrasi negara. Apakah sistem administrasi negara itu berjalan secara harmonis sesuai dengan kebijakan dan kebijaksanaan dalam perikehidupan publik, atau sistem administrasi negara itu berjalan seiring dengan adanya kepentingan pribadi dan golongan, bukan untuk kepentingan pelayanan prima terhadap publik dalam mensejahterakan kehidupan seluruh rakyat Indonesia yang merdeka!
Begitu pula, banyak orang yang mengetahui, bahkan mengakui sebagai orang yang beriman dan beragama islam, tetapi kebanyakan mereka jarang yang mengerti tentang ilmu keimanan dan ilmu keislaman itu sendiri. Sungguh sangat ironis!
Sebuah contoh yang sangat sederhana, misalnya di dalam sebuah ilmu rukun iman yang enam. Iman yang pertama adalah iman kepada Allah.
Pernahkah kita mengkaji tentang rukun iman yang pertama itu?
Sesungguhnya Apa atau Siapa Allah itu? Bagaimanakah kedudukan dan keberadaan Allah di alam semesta dan di alam akhirat yang sekarang kita tuju? Apakah ada, suatu proses tentang Kejadian Allah?
Bila ada, maka bagaimanakah proses kejadian Allah tersebut, menurut kaidah ilmu dalam Ilmu Agama Islam. Bila tidak ada, maka bagaimana kita dapat mengimani Allah, tanpa disinari oleh petunjuk Ilmu tentang makna yang terkandung dari kata Allah. Ilmu Allah dalam Kitab Al Quran, ayat-ayatnya tidak tersusun seperti sebuah dongeng atau legenda. Tetapi kalamullah yang untaian ayatnya berbaur, sistematikanya, nyata dan pasti !
Keberadaan Ilmu tentang Allah sudah dinyatakan dalam Q.S.1:1, tetapi kebanyakan orang hanya mengetahui arti kata dari ke tiga kata asmaul husna tersebut, tanpa mengerti apa makna yang terkandung di dalam ke tiga kata nama tersebut.
Ilmu tentang Allah terurai dalam : Q.S.96:1-5, Q.S.42:11, Q.S.6:100-104, Q.S.23:91, Q.S.37:158+159, Q.S.59:22-24, Q.S.112:1-4, Q.S.16:74, Q.S.7:7, Q.S.20:8.
Q.S.1 yang terdiri dari tujuh ayat adalah induk dari keseluruhan isi ayat-ayat Al Quran yang berjumlah 6666 ayat(menurut para ahli). Seluruh ayat-ayat dalam Al Quran berorientasi kepada tujuh ayat induk Q.S.1 tersebut, dalam sistematika yang sangat luar biasa sempurna.
Al Quran adalah kumpulan suhuf-suhuf semenjak Nabi Adam a.s., Nabi Ibrahim a.s., serta kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., yaitu Kitab Zabur, juga kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., yaitu Kitab Taurat, serta kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s., yaitu Kitab Injil, dan kesempurnaan Al Quran telah dinyatakan dalam Q.S.5:3 kepada nabi terakhir, yaitu Junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang mendapat sebutan Nabi Akhir Zaman.
Mengimani Allah secara ilmu, dinyatakan dalam Q.S.1:1 dan dari petunjuk Q.S.2:2. Jadi bukan mengimani Allah secara tahayul atau tradisi turun-temurun, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.31:21= Dan apabila dikatakan kepada mereka:”Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. Mereka menjawab:”(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala(neraka Sa’ir). Juga dinyatakan pula dalam Q.S. 5:104= Apabila dikatakan kepada mereka:”Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab:”Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Kita semua sebagai penganut Agama Islam, kebanyakan hanya menuruti dan mengikuti lingkungan, seperti lingkungan keluarga serta lingkungan sosial. Di sinilah akar perkembangan Agama Islam atau tercerai-berainya Agama Islam.
Kolaborasi serta dramatisir yang diselaraskan dengan tradisi dan budaya di mana mereka tinggal dan hidup bersama, bersosialisasi dalam hubungan masyarakat, seakan sudah begitu melekat dalam batinnya.
Setiap kelompok masyarakat tertentu menganut Agama Islam tertentu, yang pada umumnya terdapat perbedaan antara kelompok Agama Islam tertentu dengan kelompok Agama Islam tertentu lainnya. Demikian seterusnya, hingga terjadilah berbagai macam nama golongan dalam Agama Islam. Hingga terjadi kesalahpengertian yang menimbulkan bentrokan argumentasi tentang Agama Islam,bahkan sering pula terjadi bentrokan fisik,seperti : kerusuhan, penganiayaan, hingga pengusiran.
Ada lagi yang lebih merasa sebagai ‘Pejuang Agama Islam’ dan menamakan kelompoknya sebagai laskar-laskar yang gagah berani dalam membela Agama Islam. Pertanyaannya:”Mengapa Agama Islam harus dibela?” Bukankah Agama Islam itu sudah benar keberadaannya sebagai wahyu Illahi. Bahkan dengan Ilmu Agama Islamlah kita semua pasti akan dibela dan diselamatkan dengan rahmat dan petunjuk-Nya, tatkala kita berniat hendak membuat kerusakan seraya mengatasnamakan jihad fisabilillah dengan yel-yel Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Dinyatakan dalam QS.2:11= Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab:”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar