TRAGEDI....... SANG PEMBELA ISLAM
Sungguh sangat disesalkan, ternyata orang-orang yang berselisih tentang kebenaran dalam Kitab Al Quran itu benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.
Seperti laskar-laskar yang mengatasnamakan Sang Pembela Islam, sesungguhnya adalah sumber segala kerusuhan dan kerusakan. Mereka memperselisihkan tentang kebenaran yang mereka ketahui, tetapi mereka tidak mengerti,”Apa makna kebenaran yang sesungguhnya dalam Kaidah Ilmu Agama Islam?”
Mereka mengira bahwa kebenaran ada di pihaknya atau kelompoknya, sehingga mereka dengan tega menghujat kelompok lain, menganiaya kelompok lain, bahkan mengusir kelompok lain, karena tidak sejalan dengan kebenaran yang mereka sangka.
Padahal, sesungguhnya kebenaran dalam Kaidah Ilmu Agama Islam, justru kelompok lain itulah yang harus dihormati dan dihargai dengan segala perbedaannya, apapun keyakinannya atau agamanya. Apalagi Agama Islam dengan Agama Islam yang saat ini sudah berkembang tercerai berai. Hanya mereka jangan saling mengganggu kedaulatan publik serta mempropokasi kearah yang bertentangan dengan Landasan Idiil Negara dan Landasan Konstitusional Negara Indonesia.
Sesungguhnya yang mengatasnamakan Sang Pembela Islam itu terlalu memaksakan kehendak pribadinya atau kelompoknya bahwa kelompok lain haruslah sejalan dengan jalan yang mereka anggap benar, yaitu kebenaran dari sangkaan mereka yang tersandung dan tersesat dalam kebenaran iblis Q.S.34:20.
Dengan mengatasnamakan Agama Islam yang dijadikan sandaran kaum teroris, seperti pemboman-pemboman, itu bukanlah jihad fisabilillah menurut Kaidah Ilmu Agama Islam, tetapi idajila’natullah, yaitu Sang Perusak dalam Kebodohan.
Saudara Amrozi, Imam Samudera dan kawan-kawan, bila dipandang secara lahiriah, memperlihatkan kebenaran menurut kelompok mereka. Padahal mereka sesungguhnya tersandung kepada kebenaran iblis yang dinyatakan dalam Q.S.34:20.
Sang Pembela Islam sangat gemar berselisih, memusuhi, dan merusak segala fasilitas yang dianggapnya tidak sesuai dengan kebenaran iblisnya. Padahal kebaikan dan keburukan yang ada di langit dan di bumi ini, seluruhnya adalah kepunyaan Allah, Q.S.2:255.
Di dalam hal ini pengagung agama negeri ini sungguh tidak dapat berbuat banyak dalam melerai perselisihan dalam konflik antar-agama islam,apalagi mempersatukan persepsi terhadap Agama Islam. Yang sebenarnya sangatlah sederhana, hanya dengan satu sumber Al Quran dan Hadist.
“Keputusan apa yang harus dibuat oleh pengagung agama negeri ini?” Agar seluruh Agama Islam bersatu dalam persaksian Ilmu Agama Islam yang sudah diturunkan kepada Junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w.
Hanya dengan Ilmu Allah dalam Ilmu Agama Islam, pasti, akan menjadi petunjuk dalam menerangi kebutaan pada jalan lurus, yaitu Al Quranulhakim.
Dalam seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional, pengagung agama negeri ini dalam mengemban tugasnya, bagaikan gembala yang kehilangan semua domba-domba peliharaannya, saling beradu, belarian ke dalam rimba belantara, sehingga hukum rimba dari kebenaran iblis yang mereka yakini dengan keyakinan yang dogmatis serta tidak realistis.
Q.S.2:176= Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.
Cimahi, Awal Juni 2008
Rabu, 09 Juli 2008
AGAMA ISLAM YANG MANA... YANG DIRIDHAI DI SISI ALLAH ?...
AGAMA ISLAM YANG MANA... YANG DIRIDHAI DI SISI ALLAH ?...
Q.S.3:19= Sesungguhnya agama(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab189) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. 189)Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
Makna yang terkandung di dalam ayat tersebut, bukanlah kelompok Agama Islamnya, tetapi dari kata Islam dan definisi Islam yang dimaksud pada ayat Allah tersebut.
Kata I s l a m mengandung arti selamat atau keselamatan. Sedangkan definisi Islam menurut sabda Rasulullah,”Al Islamu man salama muslimuna bilisanihi wayadihi”, bahwa Islam itu adalah orang-orang yang saling menyelamatkan di antara Saudara-saudaranya(maksudnya seluruh keturunan Nabi Adam a.s. atau umat seluruh dunia, apapun agama atau kepercayaan yang dianutnya, itulah yang dimaksud saudara dalam kaidah Ilmu Allah dalam Agama Islam), saling menyelamatkan dengan lisan atau ucapannya, dan saling menyelamatkan dengan kedua tangannya atau perbuatannya.
Agama Islam dalam kaidah Ilmu Agama Islam adalah semenjak Nabi Adam a.s. dijadikan di bumi ini sebagai khalifah, sebagai nabi, dan sebagai rasul, dan seterusnya hingga nabi terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
Dinyatakan dalam Q.S.2:62= Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Q.S.3:19= Sesungguhnya agama(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab189) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. 189)Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
Makna yang terkandung di dalam ayat tersebut, bukanlah kelompok Agama Islamnya, tetapi dari kata Islam dan definisi Islam yang dimaksud pada ayat Allah tersebut.
Kata I s l a m mengandung arti selamat atau keselamatan. Sedangkan definisi Islam menurut sabda Rasulullah,”Al Islamu man salama muslimuna bilisanihi wayadihi”, bahwa Islam itu adalah orang-orang yang saling menyelamatkan di antara Saudara-saudaranya(maksudnya seluruh keturunan Nabi Adam a.s. atau umat seluruh dunia, apapun agama atau kepercayaan yang dianutnya, itulah yang dimaksud saudara dalam kaidah Ilmu Allah dalam Agama Islam), saling menyelamatkan dengan lisan atau ucapannya, dan saling menyelamatkan dengan kedua tangannya atau perbuatannya.
Agama Islam dalam kaidah Ilmu Agama Islam adalah semenjak Nabi Adam a.s. dijadikan di bumi ini sebagai khalifah, sebagai nabi, dan sebagai rasul, dan seterusnya hingga nabi terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
Dinyatakan dalam Q.S.2:62= Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Cimahi, Akhir Mei 2008
ilmu agama
ILMU.... AGAMA ISLAM
Seperti yang pernah dikemukakan oleh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Cimahi, Tana Suartana,Drs. dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, semasa penulis masih menjadi mahasiswa. Beliau mengemukakan bahwa:”Banyak orang mengetahui tentang administrasi, terutama para aparatur negara dalam pemerintahan Tetapi kebanyakan mereka jarang mengerti tentang ilmu administrasi. Sedangkan kemakmuran atau bahkan kehancuran sebuah negeri, yang sangat menententukan adalah sistem administrasi negara. Apakah sistem administrasi negara itu berjalan secara harmonis sesuai dengan kebijakan dan kebijaksanaan dalam perikehidupan publik, atau sistem administrasi negara itu berjalan seiring dengan adanya kepentingan pribadi dan golongan, bukan untuk kepentingan pelayanan prima terhadap publik dalam mensejahterakan kehidupan seluruh rakyat Indonesia yang merdeka!
Begitu pula, banyak orang yang mengetahui, bahkan mengakui sebagai orang yang beriman dan beragama islam, tetapi kebanyakan mereka jarang yang mengerti tentang ilmu keimanan dan ilmu keislaman itu sendiri. Sungguh sangat ironis!
Sebuah contoh yang sangat sederhana, misalnya di dalam sebuah ilmu rukun iman yang enam. Iman yang pertama adalah iman kepada Allah.
Pernahkah kita mengkaji tentang rukun iman yang pertama itu?
Sesungguhnya Apa atau Siapa Allah itu? Bagaimanakah kedudukan dan keberadaan Allah di alam semesta dan di alam akhirat yang sekarang kita tuju? Apakah ada, suatu proses tentang Kejadian Allah?
Bila ada, maka bagaimanakah proses kejadian Allah tersebut, menurut kaidah ilmu dalam Ilmu Agama Islam. Bila tidak ada, maka bagaimana kita dapat mengimani Allah, tanpa disinari oleh petunjuk Ilmu tentang makna yang terkandung dari kata Allah. Ilmu Allah dalam Kitab Al Quran, ayat-ayatnya tidak tersusun seperti sebuah dongeng atau legenda. Tetapi kalamullah yang untaian ayatnya berbaur, sistematikanya, nyata dan pasti !
Keberadaan Ilmu tentang Allah sudah dinyatakan dalam Q.S.1:1, tetapi kebanyakan orang hanya mengetahui arti kata dari ke tiga kata asmaul husna tersebut, tanpa mengerti apa makna yang terkandung di dalam ke tiga kata nama tersebut.
Ilmu tentang Allah terurai dalam : Q.S.96:1-5, Q.S.42:11, Q.S.6:100-104, Q.S.23:91, Q.S.37:158+159, Q.S.59:22-24, Q.S.112:1-4, Q.S.16:74, Q.S.7:7, Q.S.20:8.
Q.S.1 yang terdiri dari tujuh ayat adalah induk dari keseluruhan isi ayat-ayat Al Quran yang berjumlah 6666 ayat(menurut para ahli). Seluruh ayat-ayat dalam Al Quran berorientasi kepada tujuh ayat induk Q.S.1 tersebut, dalam sistematika yang sangat luar biasa sempurna.
Al Quran adalah kumpulan suhuf-suhuf semenjak Nabi Adam a.s., Nabi Ibrahim a.s., serta kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., yaitu Kitab Zabur, juga kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., yaitu Kitab Taurat, serta kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s., yaitu Kitab Injil, dan kesempurnaan Al Quran telah dinyatakan dalam Q.S.5:3 kepada nabi terakhir, yaitu Junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang mendapat sebutan Nabi Akhir Zaman.
Mengimani Allah secara ilmu, dinyatakan dalam Q.S.1:1 dan dari petunjuk Q.S.2:2. Jadi bukan mengimani Allah secara tahayul atau tradisi turun-temurun, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.31:21= Dan apabila dikatakan kepada mereka:”Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. Mereka menjawab:”(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala(neraka Sa’ir). Juga dinyatakan pula dalam Q.S. 5:104= Apabila dikatakan kepada mereka:”Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab:”Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Kita semua sebagai penganut Agama Islam, kebanyakan hanya menuruti dan mengikuti lingkungan, seperti lingkungan keluarga serta lingkungan sosial. Di sinilah akar perkembangan Agama Islam atau tercerai-berainya Agama Islam.
Kolaborasi serta dramatisir yang diselaraskan dengan tradisi dan budaya di mana mereka tinggal dan hidup bersama, bersosialisasi dalam hubungan masyarakat, seakan sudah begitu melekat dalam batinnya.
Setiap kelompok masyarakat tertentu menganut Agama Islam tertentu, yang pada umumnya terdapat perbedaan antara kelompok Agama Islam tertentu dengan kelompok Agama Islam tertentu lainnya. Demikian seterusnya, hingga terjadilah berbagai macam nama golongan dalam Agama Islam. Hingga terjadi kesalahpengertian yang menimbulkan bentrokan argumentasi tentang Agama Islam,bahkan sering pula terjadi bentrokan fisik,seperti : kerusuhan, penganiayaan, hingga pengusiran.
Ada lagi yang lebih merasa sebagai ‘Pejuang Agama Islam’ dan menamakan kelompoknya sebagai laskar-laskar yang gagah berani dalam membela Agama Islam. Pertanyaannya:”Mengapa Agama Islam harus dibela?” Bukankah Agama Islam itu sudah benar keberadaannya sebagai wahyu Illahi. Bahkan dengan Ilmu Agama Islamlah kita semua pasti akan dibela dan diselamatkan dengan rahmat dan petunjuk-Nya, tatkala kita berniat hendak membuat kerusakan seraya mengatasnamakan jihad fisabilillah dengan yel-yel Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Dinyatakan dalam QS.2:11= Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab:”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Seperti yang pernah dikemukakan oleh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Cimahi, Tana Suartana,Drs. dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, semasa penulis masih menjadi mahasiswa. Beliau mengemukakan bahwa:”Banyak orang mengetahui tentang administrasi, terutama para aparatur negara dalam pemerintahan Tetapi kebanyakan mereka jarang mengerti tentang ilmu administrasi. Sedangkan kemakmuran atau bahkan kehancuran sebuah negeri, yang sangat menententukan adalah sistem administrasi negara. Apakah sistem administrasi negara itu berjalan secara harmonis sesuai dengan kebijakan dan kebijaksanaan dalam perikehidupan publik, atau sistem administrasi negara itu berjalan seiring dengan adanya kepentingan pribadi dan golongan, bukan untuk kepentingan pelayanan prima terhadap publik dalam mensejahterakan kehidupan seluruh rakyat Indonesia yang merdeka!
Begitu pula, banyak orang yang mengetahui, bahkan mengakui sebagai orang yang beriman dan beragama islam, tetapi kebanyakan mereka jarang yang mengerti tentang ilmu keimanan dan ilmu keislaman itu sendiri. Sungguh sangat ironis!
Sebuah contoh yang sangat sederhana, misalnya di dalam sebuah ilmu rukun iman yang enam. Iman yang pertama adalah iman kepada Allah.
Pernahkah kita mengkaji tentang rukun iman yang pertama itu?
Sesungguhnya Apa atau Siapa Allah itu? Bagaimanakah kedudukan dan keberadaan Allah di alam semesta dan di alam akhirat yang sekarang kita tuju? Apakah ada, suatu proses tentang Kejadian Allah?
Bila ada, maka bagaimanakah proses kejadian Allah tersebut, menurut kaidah ilmu dalam Ilmu Agama Islam. Bila tidak ada, maka bagaimana kita dapat mengimani Allah, tanpa disinari oleh petunjuk Ilmu tentang makna yang terkandung dari kata Allah. Ilmu Allah dalam Kitab Al Quran, ayat-ayatnya tidak tersusun seperti sebuah dongeng atau legenda. Tetapi kalamullah yang untaian ayatnya berbaur, sistematikanya, nyata dan pasti !
Keberadaan Ilmu tentang Allah sudah dinyatakan dalam Q.S.1:1, tetapi kebanyakan orang hanya mengetahui arti kata dari ke tiga kata asmaul husna tersebut, tanpa mengerti apa makna yang terkandung di dalam ke tiga kata nama tersebut.
Ilmu tentang Allah terurai dalam : Q.S.96:1-5, Q.S.42:11, Q.S.6:100-104, Q.S.23:91, Q.S.37:158+159, Q.S.59:22-24, Q.S.112:1-4, Q.S.16:74, Q.S.7:7, Q.S.20:8.
Q.S.1 yang terdiri dari tujuh ayat adalah induk dari keseluruhan isi ayat-ayat Al Quran yang berjumlah 6666 ayat(menurut para ahli). Seluruh ayat-ayat dalam Al Quran berorientasi kepada tujuh ayat induk Q.S.1 tersebut, dalam sistematika yang sangat luar biasa sempurna.
Al Quran adalah kumpulan suhuf-suhuf semenjak Nabi Adam a.s., Nabi Ibrahim a.s., serta kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., yaitu Kitab Zabur, juga kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., yaitu Kitab Taurat, serta kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s., yaitu Kitab Injil, dan kesempurnaan Al Quran telah dinyatakan dalam Q.S.5:3 kepada nabi terakhir, yaitu Junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang mendapat sebutan Nabi Akhir Zaman.
Mengimani Allah secara ilmu, dinyatakan dalam Q.S.1:1 dan dari petunjuk Q.S.2:2. Jadi bukan mengimani Allah secara tahayul atau tradisi turun-temurun, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.31:21= Dan apabila dikatakan kepada mereka:”Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. Mereka menjawab:”(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala(neraka Sa’ir). Juga dinyatakan pula dalam Q.S. 5:104= Apabila dikatakan kepada mereka:”Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab:”Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Kita semua sebagai penganut Agama Islam, kebanyakan hanya menuruti dan mengikuti lingkungan, seperti lingkungan keluarga serta lingkungan sosial. Di sinilah akar perkembangan Agama Islam atau tercerai-berainya Agama Islam.
Kolaborasi serta dramatisir yang diselaraskan dengan tradisi dan budaya di mana mereka tinggal dan hidup bersama, bersosialisasi dalam hubungan masyarakat, seakan sudah begitu melekat dalam batinnya.
Setiap kelompok masyarakat tertentu menganut Agama Islam tertentu, yang pada umumnya terdapat perbedaan antara kelompok Agama Islam tertentu dengan kelompok Agama Islam tertentu lainnya. Demikian seterusnya, hingga terjadilah berbagai macam nama golongan dalam Agama Islam. Hingga terjadi kesalahpengertian yang menimbulkan bentrokan argumentasi tentang Agama Islam,bahkan sering pula terjadi bentrokan fisik,seperti : kerusuhan, penganiayaan, hingga pengusiran.
Ada lagi yang lebih merasa sebagai ‘Pejuang Agama Islam’ dan menamakan kelompoknya sebagai laskar-laskar yang gagah berani dalam membela Agama Islam. Pertanyaannya:”Mengapa Agama Islam harus dibela?” Bukankah Agama Islam itu sudah benar keberadaannya sebagai wahyu Illahi. Bahkan dengan Ilmu Agama Islamlah kita semua pasti akan dibela dan diselamatkan dengan rahmat dan petunjuk-Nya, tatkala kita berniat hendak membuat kerusakan seraya mengatasnamakan jihad fisabilillah dengan yel-yel Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Dinyatakan dalam QS.2:11= Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab:”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar.
Cimahi, Akhir Mei 2008
imam mahdi
IMAM MAHDI
Kebanyakan orang mengira bahwa Imam Mahdi itu adalah semacam sosok figur yang berbentuk manusia yang dianggap akan muncul atau bangkit kembali di kemudian hari. Di dalam perkiraan pemeluk Agama Islam yang akan muncul dikemudian hari adalah Imam Mahdi sebagai Pembawa Kabar Illahi. Di dalam sangkaan umat Nasrani yang akan bangkit kembali di kemudian hari adalah Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Pertanyaannya,”Di kemudian hari yang mana?”
Padahal sesungguhnya Imam mahdi dan Sang Juru Selamat sudah muncul dan sudah bangkit, semenjak Wahyu Allah pertama diturunkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. pada tahun 610 di Gua Hiro, yaitu Q.S.96:1-5, ...sampai saat ini...kelak hingga kepunahan makhluk yang bernama manusia di planit bumi ini pada tahun 270.000, di mana saat itu, iklim di planit bumi ini sudah tidak lagi memungkinkan makhluk manusia dapat bertahan hidup. Mungkin hanya binatang-binatang tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu yang masih bisa bertahan hidup dan berevolusi hingga tahun 450.000 di mana planit bumi ini hancur, berbenturan dalam Sistem Galaksi Bima Sakti.
Dari tahun 270.000 sampai tahun 450.000, di planit bumi ini hanya tertinggal sisa puing-puing peradaban manusia dari zaman ke zaman, gedung-gedung pencakar langit, istana raja-raja, tugu-tugu pahlawan serta monumen-monumen nasional dan internasional, terkubur perlahan oleh debu sang waktu yang akan menjadi saksi bisu dalam meleburnya planit bumi ini.
Sesungguhnya sangat sederhana makna yang terkandung dalam kata Imam Mahdi tersebut, kalau kita pandang dari aspek kaidah Ilmu Agama Islam, bukan perkiraan hipotesis dan tahayul.
Kata Imam mengadung arti pemimpin atau yang memimpin. Kata Mahdi mengandung arti petunjuk wahyu Illahi. Dengan demikian kata Imam Mahdi mengandung arti petunjuk dari Wahyu Allah yang memimpin perjalanan umat islam dalam kehidupan di dunia hingga kehidupan di akhirat. Jadi bukanlah figur manusia yang mengatasnamakan Imam Mahdi yang akan memimpin umat islam. Itu suatu tahayul terbesar dari sangkaan kebanyakan orang-orang yang buta mata hatinya.
Ilmu Allah dalam Kaidah Ilmu Agama Islam, yang harus menjadi pemimpin dengan petunjuk-petunjuk-Nya, yang sudah sekian lama terkubur makna ayat-ayat yang terkandung dalam Kitab Al Quranulhakim. Sehingga Agama Islam sudah bukan lagi sebuah tuntunan, seperti pada zaman junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. Sekarang Agama Islam sudah menjadi sebuah tontonan sangat
menarik yang menggetarkan jiwa dan estetika seluruh pemirsa. Seperti pernah dikemukakan tentang ESQ(Emotional Spiritual Quotient) dari Bapak Ary Ginajar Agustian. Itu adalah sebuah tontonan sangat menarik, yang menggugah emotional dan spiritual para peserta, agar menghayati dan merasakan sesuatu tentang kebenaran Illahi. Tetapi sungguh sangat disayangkan, pelatihan ESQ tidaklah menuntun para peserta kepada Kaidah Ilmu Ketuhanan secara rasional. Para peserta pelatihan hanya dipertontonkan pada kejadian-kejadian yang sangat menakjubkan dan sangat mengharukan, sehingga hanya menggugah dan mengundang tangisan-tangisan histeris yang insidental. Bukan terbukanya sebuah sinar suatu kaidah keilmuan, tentang Ketuhanan secara ilmiah bagi seluruh pejabat di berbagai negeri, dengan tanpa memandang agama yang mereka anut. Para peserta hanya dipertontonkan pada suatu opera Illahi dengan penuh rasa takjub dari sebuah vidio dan audio yang menggetarkan serta mendebarkan jantung!
Sekali lagi, bahwa dua kata Imam dan kata Mahdi itu adalah petunjuk Ilmu Allah yang menjadi pemimpin atau yang memimpin seluruh umat manusia di seluruh alam. Sebagai ilustrasi dinyatakan dalan Q.S.9:23. Yang harus seluruh umat islam pegang teguh adalah peninggalan nabi terakhir, Baginda Rasulullah Muhammad s.a.w., yaitu rahmat yang telah Allah limpahkan kepada beliau yaitu Rahmat Keimanan dan Rahmat Keislaman dengan petunjuk Kalamullah dalam kitab terakhir, Al Quranulhakim. Pasti ! sudah tidak memungkinkan lagi akan hadir nabi-nabi setelah nabi terakhir, yaitu Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang mempunyai sebutan Nabi Akhir Zaman, dan sebagai umat Islam adalah mengikuti kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. bukan sebagai penerus, tetapi sebagai pengabdi kerasulan beliau.
Begitu pula Kebangkitan Juru Selamat Umat Nasrani, adalah Firman Allah dalam Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. dengan gelar Yesus Kristus atau Juru Selamat. Jadi bukanlah figur Yesus Kristus yang akan kembali bangkit. Tetapi umat Kristen harus bangkit dalam pimpinan Firman Allah, yaitu melaksanakan kebaktian menurut kaidah keilmuan dalam Kitab Injil yang sudah pula dituangkan serta disempurnakan dalam Kitab Al Quran melalui wahyu Allah kepada nabi terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Kebanyakan orang mengira bahwa Imam Mahdi itu adalah semacam sosok figur yang berbentuk manusia yang dianggap akan muncul atau bangkit kembali di kemudian hari. Di dalam perkiraan pemeluk Agama Islam yang akan muncul dikemudian hari adalah Imam Mahdi sebagai Pembawa Kabar Illahi. Di dalam sangkaan umat Nasrani yang akan bangkit kembali di kemudian hari adalah Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Pertanyaannya,”Di kemudian hari yang mana?”
Padahal sesungguhnya Imam mahdi dan Sang Juru Selamat sudah muncul dan sudah bangkit, semenjak Wahyu Allah pertama diturunkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. pada tahun 610 di Gua Hiro, yaitu Q.S.96:1-5, ...sampai saat ini...kelak hingga kepunahan makhluk yang bernama manusia di planit bumi ini pada tahun 270.000, di mana saat itu, iklim di planit bumi ini sudah tidak lagi memungkinkan makhluk manusia dapat bertahan hidup. Mungkin hanya binatang-binatang tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu yang masih bisa bertahan hidup dan berevolusi hingga tahun 450.000 di mana planit bumi ini hancur, berbenturan dalam Sistem Galaksi Bima Sakti.
Dari tahun 270.000 sampai tahun 450.000, di planit bumi ini hanya tertinggal sisa puing-puing peradaban manusia dari zaman ke zaman, gedung-gedung pencakar langit, istana raja-raja, tugu-tugu pahlawan serta monumen-monumen nasional dan internasional, terkubur perlahan oleh debu sang waktu yang akan menjadi saksi bisu dalam meleburnya planit bumi ini.
Sesungguhnya sangat sederhana makna yang terkandung dalam kata Imam Mahdi tersebut, kalau kita pandang dari aspek kaidah Ilmu Agama Islam, bukan perkiraan hipotesis dan tahayul.
Kata Imam mengadung arti pemimpin atau yang memimpin. Kata Mahdi mengandung arti petunjuk wahyu Illahi. Dengan demikian kata Imam Mahdi mengandung arti petunjuk dari Wahyu Allah yang memimpin perjalanan umat islam dalam kehidupan di dunia hingga kehidupan di akhirat. Jadi bukanlah figur manusia yang mengatasnamakan Imam Mahdi yang akan memimpin umat islam. Itu suatu tahayul terbesar dari sangkaan kebanyakan orang-orang yang buta mata hatinya.
Ilmu Allah dalam Kaidah Ilmu Agama Islam, yang harus menjadi pemimpin dengan petunjuk-petunjuk-Nya, yang sudah sekian lama terkubur makna ayat-ayat yang terkandung dalam Kitab Al Quranulhakim. Sehingga Agama Islam sudah bukan lagi sebuah tuntunan, seperti pada zaman junjunan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. Sekarang Agama Islam sudah menjadi sebuah tontonan sangat
menarik yang menggetarkan jiwa dan estetika seluruh pemirsa. Seperti pernah dikemukakan tentang ESQ(Emotional Spiritual Quotient) dari Bapak Ary Ginajar Agustian. Itu adalah sebuah tontonan sangat menarik, yang menggugah emotional dan spiritual para peserta, agar menghayati dan merasakan sesuatu tentang kebenaran Illahi. Tetapi sungguh sangat disayangkan, pelatihan ESQ tidaklah menuntun para peserta kepada Kaidah Ilmu Ketuhanan secara rasional. Para peserta pelatihan hanya dipertontonkan pada kejadian-kejadian yang sangat menakjubkan dan sangat mengharukan, sehingga hanya menggugah dan mengundang tangisan-tangisan histeris yang insidental. Bukan terbukanya sebuah sinar suatu kaidah keilmuan, tentang Ketuhanan secara ilmiah bagi seluruh pejabat di berbagai negeri, dengan tanpa memandang agama yang mereka anut. Para peserta hanya dipertontonkan pada suatu opera Illahi dengan penuh rasa takjub dari sebuah vidio dan audio yang menggetarkan serta mendebarkan jantung!
Sekali lagi, bahwa dua kata Imam dan kata Mahdi itu adalah petunjuk Ilmu Allah yang menjadi pemimpin atau yang memimpin seluruh umat manusia di seluruh alam. Sebagai ilustrasi dinyatakan dalan Q.S.9:23. Yang harus seluruh umat islam pegang teguh adalah peninggalan nabi terakhir, Baginda Rasulullah Muhammad s.a.w., yaitu rahmat yang telah Allah limpahkan kepada beliau yaitu Rahmat Keimanan dan Rahmat Keislaman dengan petunjuk Kalamullah dalam kitab terakhir, Al Quranulhakim. Pasti ! sudah tidak memungkinkan lagi akan hadir nabi-nabi setelah nabi terakhir, yaitu Nabi Besar Muhammad s.a.w. yang mempunyai sebutan Nabi Akhir Zaman, dan sebagai umat Islam adalah mengikuti kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. bukan sebagai penerus, tetapi sebagai pengabdi kerasulan beliau.
Begitu pula Kebangkitan Juru Selamat Umat Nasrani, adalah Firman Allah dalam Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. dengan gelar Yesus Kristus atau Juru Selamat. Jadi bukanlah figur Yesus Kristus yang akan kembali bangkit. Tetapi umat Kristen harus bangkit dalam pimpinan Firman Allah, yaitu melaksanakan kebaktian menurut kaidah keilmuan dalam Kitab Injil yang sudah pula dituangkan serta disempurnakan dalam Kitab Al Quran melalui wahyu Allah kepada nabi terakhir, Nabi Muhammad s.a.w.
Cimahi, Akhir Mei 2008
MASA AKHIR ZAMAN TELAH BERLALU
MASA AKHIR ZAMAN TELAH BERLALU . . . .
Peristiwa yang sangat menggemparkan di berbagai belahan benua planit bumi ini, ialah sebuah anggapan bahwa masa akhir zaman itu adalah ... nanti, atau sebagian orang berpendapat bahwa masa akhir zaman itu adalah sekarang, katanya.. ...
Padahal masa akhir zaman itu telah berlalu dua puluh delapan tahun yang silam, yaitu masa kerasulan Nabi Besar Muhammad s.a.w. tahun 1400 H, dan sekarang tahun1428 H, maka keberadaan masa akhir zaman itu telah berlalu dan selesai tahun 1400 H, atau sekitar tahun 1980 Masehi. Tahun-tahun yang telah kita lewati bersama dalam suka dan duka, bersosialisasi sesama rakyat jelata, sebangsa, senegara, dan setanah air yang pernah dibanjiri darah suci para pejuang bangsa yang semakin lama hampir dilupakan makna dari pengorbanannya. Yang dikenang, hanyalah kepahlawanan dalam perjuangannya, tetapi makna yang terkandung di dalam arti kemerdekaan itu sudah tidak lagi tampak dalam implementasi kehidupan kebijakan publik. Seperti yang pernah seluruh para pejabat Kabupaten Bandung(sebelum berkembang Kabupaten Bandung Barat) dalam pelatihan ESQ(Emotional Spiritual Quotient) dari Bapak Ary Ginanjar Agustian, beliau mengemukakan yang pernah disabdakan oleh Rasullulah pada masa yang silam, bahwa:”Sesungguhnya alam semesta ini adalah bagaikan Bunga Mawar Merah yang Merekah”. Pada masa itu nabi kita dicemoohkan oleh orang-orang yang memang pada saat itu belum mengerti. Tahun berganti tahun, lalu setelah ditemukannya sebuah teknologi pada tahun 1999, bahwa benar adanya apa yang telah disabdakan Rasulullah pada masa yang silam tersebut, adalah sebuah kenyataan yang dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para ilmuwan dunia, bahwa keberadaan alam semesta ini terdiri dari bermilyar-milyar galaksi yang dalam penampakkannya bagaikan Bunga Mawar Merah yang Merekah. Beliau pun, Rasulullah s.a.w., juga telah bersabda, bahwa setelah masa akhir zaman berlalu, Agama Islam akan berkembang, atau terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan dalam Agama Islam, dan pada setiap golongan akan selalu merasa, bahwa golongannyalah yang menurut persangkaanya adalah yang paling benar.
Kebenaran yang menurut persangkaan kebanyakan orang-orang, telah dinyatakan di dalam Q.S.6:116 = Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
Dinyatakan pula dalam Q.S.3:94= Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim.
Ternyata orang-orang yang zalim atau tersesat di jalan Allah itu, bukanlah orang-orang yang tidak mengetahui tentang jalan lurus menurut kaidah Ilmu Allah, tetapi mereka tersesat di jalan Allah karena menuruti persangkaan kebanyakan orang-orang tentang kebenaran yang tanpa petunjuk, lalu mereka mengikuti kebenaran semu tersebut dan mereka pertahankan, bahkan mereka perebutkan.
Sebuah ilustrasi dari Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. : adalah ibarat seekor domba yang terlunta-lunta di lereng gunung curam dan kelam, kedinginan, jauh dari kandang. Seperti itulah orang yang tersesat di jalan buntu kebenaran, yang tanpa terang, tanpa petunjuk dalam hidupnya.
Dinyatakan pula dalam Q.S.31:20= Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan, atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Bahkan beliau Rasulullah s.a.w. juga bersabda akan hal peristiwa yang lebih ekstrim lagi, setelah masa akhir zaman , bahwa keberadaan Alim Ulama Besar adalah orang-orang yang paling jahat di antara makhluk hidup yang bernama manusia. Derajat dan kedudukan mereka sangatlah tinggi berbaur di antara para pengagung negeri, bahkan lebih tinggi lagi di atas langit. Mereka (para Alim Ulama Basar) adalah sebagai ‘penyebar fitnah’. Itulah yang disabdakan Rasulullah s.a.w. pada masa yang silam.
Lebih jauh lagi yang disabdakan Rasulullah s.a.w. setelah masa akhir zaman adalah, bahwa:” Dicabutnya ilmu dan rasa keadilan para pemimpin. Dicabutnya ilmu keimanan dari para Alim Ulama Besar, bersama orang-orang yang menuruti kebenaran dari kebanyakan orang-orang, yang telah dibenarkan pula oleh iblis, yang dinyatakan dalam Q.S.34 : 20= Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.
Keimanan hanya sebuah pengakuan tahayul dan semu, yang sama sekali bukan dari petunjuk Ilmu Allah, sedangkan Kitab Al Quran adalah kitab yang memberi penerangan atau cahaya dalam kebutaan, dan yang telah disempurnakan secara sistematis menurut kaidah Ilmu Agama Islam. Hal ini dinyatakan dalam Q.S.5:103= dalam akhir ayat kata laa ya’qiluun terkandung makna tidak mengerti, dalam arti penalaran yang tanpa ‘akal secara keilmuan, sehingga tidak sesuai dan menyimpang dari kaidah keilmuan dalam Agama Islam, tetapi diselaraskan dengan menurut jalan akal pikiran individu.
Pengakuan keimanan yang sia-sia bila tanpa diterangi cahaya Ilmu Agama Islam, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.2:8= Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Peristiwa yang sangat menggemparkan di berbagai belahan benua planit bumi ini, ialah sebuah anggapan bahwa masa akhir zaman itu adalah ... nanti, atau sebagian orang berpendapat bahwa masa akhir zaman itu adalah sekarang, katanya.. ...
Padahal masa akhir zaman itu telah berlalu dua puluh delapan tahun yang silam, yaitu masa kerasulan Nabi Besar Muhammad s.a.w. tahun 1400 H, dan sekarang tahun1428 H, maka keberadaan masa akhir zaman itu telah berlalu dan selesai tahun 1400 H, atau sekitar tahun 1980 Masehi. Tahun-tahun yang telah kita lewati bersama dalam suka dan duka, bersosialisasi sesama rakyat jelata, sebangsa, senegara, dan setanah air yang pernah dibanjiri darah suci para pejuang bangsa yang semakin lama hampir dilupakan makna dari pengorbanannya. Yang dikenang, hanyalah kepahlawanan dalam perjuangannya, tetapi makna yang terkandung di dalam arti kemerdekaan itu sudah tidak lagi tampak dalam implementasi kehidupan kebijakan publik. Seperti yang pernah seluruh para pejabat Kabupaten Bandung(sebelum berkembang Kabupaten Bandung Barat) dalam pelatihan ESQ(Emotional Spiritual Quotient) dari Bapak Ary Ginanjar Agustian, beliau mengemukakan yang pernah disabdakan oleh Rasullulah pada masa yang silam, bahwa:”Sesungguhnya alam semesta ini adalah bagaikan Bunga Mawar Merah yang Merekah”. Pada masa itu nabi kita dicemoohkan oleh orang-orang yang memang pada saat itu belum mengerti. Tahun berganti tahun, lalu setelah ditemukannya sebuah teknologi pada tahun 1999, bahwa benar adanya apa yang telah disabdakan Rasulullah pada masa yang silam tersebut, adalah sebuah kenyataan yang dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para ilmuwan dunia, bahwa keberadaan alam semesta ini terdiri dari bermilyar-milyar galaksi yang dalam penampakkannya bagaikan Bunga Mawar Merah yang Merekah. Beliau pun, Rasulullah s.a.w., juga telah bersabda, bahwa setelah masa akhir zaman berlalu, Agama Islam akan berkembang, atau terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan dalam Agama Islam, dan pada setiap golongan akan selalu merasa, bahwa golongannyalah yang menurut persangkaanya adalah yang paling benar.
Kebenaran yang menurut persangkaan kebanyakan orang-orang, telah dinyatakan di dalam Q.S.6:116 = Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
Dinyatakan pula dalam Q.S.3:94= Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim.
Ternyata orang-orang yang zalim atau tersesat di jalan Allah itu, bukanlah orang-orang yang tidak mengetahui tentang jalan lurus menurut kaidah Ilmu Allah, tetapi mereka tersesat di jalan Allah karena menuruti persangkaan kebanyakan orang-orang tentang kebenaran yang tanpa petunjuk, lalu mereka mengikuti kebenaran semu tersebut dan mereka pertahankan, bahkan mereka perebutkan.
Sebuah ilustrasi dari Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. : adalah ibarat seekor domba yang terlunta-lunta di lereng gunung curam dan kelam, kedinginan, jauh dari kandang. Seperti itulah orang yang tersesat di jalan buntu kebenaran, yang tanpa terang, tanpa petunjuk dalam hidupnya.
Dinyatakan pula dalam Q.S.31:20= Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan, atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Bahkan beliau Rasulullah s.a.w. juga bersabda akan hal peristiwa yang lebih ekstrim lagi, setelah masa akhir zaman , bahwa keberadaan Alim Ulama Besar adalah orang-orang yang paling jahat di antara makhluk hidup yang bernama manusia. Derajat dan kedudukan mereka sangatlah tinggi berbaur di antara para pengagung negeri, bahkan lebih tinggi lagi di atas langit. Mereka (para Alim Ulama Basar) adalah sebagai ‘penyebar fitnah’. Itulah yang disabdakan Rasulullah s.a.w. pada masa yang silam.
Lebih jauh lagi yang disabdakan Rasulullah s.a.w. setelah masa akhir zaman adalah, bahwa:” Dicabutnya ilmu dan rasa keadilan para pemimpin. Dicabutnya ilmu keimanan dari para Alim Ulama Besar, bersama orang-orang yang menuruti kebenaran dari kebanyakan orang-orang, yang telah dibenarkan pula oleh iblis, yang dinyatakan dalam Q.S.34 : 20= Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.
Keimanan hanya sebuah pengakuan tahayul dan semu, yang sama sekali bukan dari petunjuk Ilmu Allah, sedangkan Kitab Al Quran adalah kitab yang memberi penerangan atau cahaya dalam kebutaan, dan yang telah disempurnakan secara sistematis menurut kaidah Ilmu Agama Islam. Hal ini dinyatakan dalam Q.S.5:103= dalam akhir ayat kata laa ya’qiluun terkandung makna tidak mengerti, dalam arti penalaran yang tanpa ‘akal secara keilmuan, sehingga tidak sesuai dan menyimpang dari kaidah keilmuan dalam Agama Islam, tetapi diselaraskan dengan menurut jalan akal pikiran individu.
Pengakuan keimanan yang sia-sia bila tanpa diterangi cahaya Ilmu Agama Islam, seperti yang dinyatakan dalam Q.S.2:8= Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Cimahi, Akhir Mei 2008
tengoklah
Tengoklah... Landasan Idiil Negara...
Landasan Idiil Negara dan Landasan Konstitusional Negara yang berlaku dalam Sistem Administrasi Negara Indonesia, tentu sudah baku dan sudah sangat tepat dalam tatanan kehidupan dalam mensejahterakan seluruh rakyat di negeri ini. Hanya implementasi kebijakan publik yang mesti menjadi tradisi serta budaya dalam perilaku administrasi dan etika administrasi.
Agama apapun yang publik anut di negeri ini, serta yang sesuai dengan sila pertama dalam Landasan Idiil Negara, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Apakah ketuhanan tersebut yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum rasul terakhir Rasulullah Muhammad s.a.w. atau ketuhanan tersebut yang diturunkan kepada Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Shiwa, serta Sidharta Ghautama, atau ketuhanan yang diturunkan oleh tradisi dan budaya nenek moyang mereka yang sudah berkolaborasi dengan Agama Islam. Mereka semua mempunyai hak yang sama sesuai dengan Landasan Idiil Negara, dan mereka tidak saling menghujat antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Bahkan mereka bersatu dalam perbedaan-perbedaan di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika.
Sangatlah ironis! Mereka yang mengaku dalam jalan yang benar dan menamakan kelompoknya Laskar Pembela Islam, selalu menghujat dan membuat kerusuhan serta penganiayaan. Itulah keangkuhan manusia yang sangat pintar, tetapi tidak sedikit pun benar.
Kelompok-kelompok Laskar Pembela Islam terlalu memaksakan kehendak. Mereka merasa tidak ideal dengan adanya perbedaan kelompok lain yang tidak sesuai dengan nafsu kebenaran kelompoknya.
Kelompok-kelompok Laskar Pembela Islam tidak semestinya mengatur dalam menuntut pemerintah agar membubarkan kelompok lain yang sama-sama ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, karena pemerintah berpegang teguh pada Landasan Idiil Negara dalam membuat Keputusan Presiden, yang menyatakan bahwa seluruh agama yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa di negeri Indonesia tercinta ini segera bersatu dalam tali silaturahmi dengan segala perbedaan-perbedaan sesama saudara sebangsa dan setanah air yang saling mencintai, menghargai, dan saling menjunjung tinggi secara islami.
Cimahi, Akhir Mei 2008
Landasan Idiil Negara dan Landasan Konstitusional Negara yang berlaku dalam Sistem Administrasi Negara Indonesia, tentu sudah baku dan sudah sangat tepat dalam tatanan kehidupan dalam mensejahterakan seluruh rakyat di negeri ini. Hanya implementasi kebijakan publik yang mesti menjadi tradisi serta budaya dalam perilaku administrasi dan etika administrasi.
Agama apapun yang publik anut di negeri ini, serta yang sesuai dengan sila pertama dalam Landasan Idiil Negara, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Apakah ketuhanan tersebut yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum rasul terakhir Rasulullah Muhammad s.a.w. atau ketuhanan tersebut yang diturunkan kepada Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Shiwa, serta Sidharta Ghautama, atau ketuhanan yang diturunkan oleh tradisi dan budaya nenek moyang mereka yang sudah berkolaborasi dengan Agama Islam. Mereka semua mempunyai hak yang sama sesuai dengan Landasan Idiil Negara, dan mereka tidak saling menghujat antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Bahkan mereka bersatu dalam perbedaan-perbedaan di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika.
Sangatlah ironis! Mereka yang mengaku dalam jalan yang benar dan menamakan kelompoknya Laskar Pembela Islam, selalu menghujat dan membuat kerusuhan serta penganiayaan. Itulah keangkuhan manusia yang sangat pintar, tetapi tidak sedikit pun benar.
Kelompok-kelompok Laskar Pembela Islam terlalu memaksakan kehendak. Mereka merasa tidak ideal dengan adanya perbedaan kelompok lain yang tidak sesuai dengan nafsu kebenaran kelompoknya.
Kelompok-kelompok Laskar Pembela Islam tidak semestinya mengatur dalam menuntut pemerintah agar membubarkan kelompok lain yang sama-sama ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, karena pemerintah berpegang teguh pada Landasan Idiil Negara dalam membuat Keputusan Presiden, yang menyatakan bahwa seluruh agama yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa di negeri Indonesia tercinta ini segera bersatu dalam tali silaturahmi dengan segala perbedaan-perbedaan sesama saudara sebangsa dan setanah air yang saling mencintai, menghargai, dan saling menjunjung tinggi secara islami.
Cimahi, Akhir Mei 2008
cerita rakyat
puisi.......seabad cerita RAKYAT.......
Berawal dari seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Aku seorang rakyat jelata yang terlunta-lunta di negeri tempat kelahiranku. Gubukku berlantai tanah, berdinding dus-dus bekas, dengan asesoris interior bekas kertas kantong semen yang kutempel menutupi lubang-lubang dus yang sudah lapuk dan usang.
Itu pun....... entah tanah siapa.............
Bila ada kelompok manusia lain seraya mengemban instruksi kebijakan publik untuk menggusur tempatku dan mengusir Aku. Lalu... aku pun hijrah dari tempat kenangan mimpi buruk yang satu, ke tempat kenangan yang semakin buruk lainnya....dan begitulah seterusnya...
Entah sampai kapan Aku, istriku dan ke tiga anak-anakku yang masih kecil-kecil dan sedang memasuki usia sekolah, harus terus menerus hijrah, bila datang instruksi dari suatu kebijakan publik, yang bagaikan mesin-mesin pemburu.
Aparatur pemerintahan dalam mensejahterakan rakyat di negeri ini hanya mampu mengusir Aku seraya menghancurkan gubukku. Aku pun terusir beserta orang-orang yang senasib denganku, bahkan mungkin mereka jauh lebih menderita lagi dari Aku.
Aku seperti layaknya terdampar di planit bumi yang makhluk hidupnya terdiri dari tumbuhan, hewan, dan manusia, dan di antara semua makhluk hidup di planit bumi ini, yang paling serakah serta melebihi keganasan binatang buas sekalipun, adalah makhluk yang bernama manusia.
Makhluk manusia yang berperan dalam kancah politik negara sebagai orang-orang besar, serta tinggi kedudukannya, dengan kekayaan yang melebihi kelayakan, mereka masih tergiur dengan setetes madu azab hukum Allah, yaitu yang namanya korupsi, yang dipersonifikasikan sebagai tikus-tikus cerdik berdasi yang menjadi perusak sistem administrasi di negeri planit bumi ini.
Khususnya di negeri Indonesia, semua paradigma dalam Sistem Administrasi Negara Indonesia, sangat begitu ironis. Begitu konprehensif, mulai dari hukum dan ketatanegaraan, hingga kelompok-kelompok agama berbaur dalam kancah politik negara yang sudah jelas dan pasti ! Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kelompok Agama Islam yang besar dan kuat, menghujat kelompok Agama Islam lain yang kecil dan terisolasi. Hanya karena perbedaan-
perbedaan kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi, apabila tidak diatur dan didramatisir oleh kepintaran dari keangkuhan manusia.
Tetapi Hukum Allah yang pasti, akan mengatur dan menentukan segala yang ada di alam semesta ini, termasuk keyakinan-keyakinan individu.Siapa di antara mereka yang benar-benar beriman kepada-Nya.
Bukan memperselisihkan suatu Kaidah Akidah dalam Ilmu Agama Islam. Belum pasti! Kelompok besar dan kuat, yang mengaku dirinya atau kelompoknya yang paling benar.
Sesungguhnya kebenaran itu adalah datangnya dari Hukum Allah dalam Ilmu Agama Islam, bukan hukum kebenaran dari sangkaan yang datang dari kelompok manusia yang bernuansa tahayul yang selalu memaksakan kehendak pribadi serta golongan.
Hukum Tata Negara Indonesia yang berazaskan Pancasila dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, itu kebebasan seluruh pemeluk agama apapun, khususnya pada pemeluk Agama Islam yang sudah berkembang dan tercerai-berai serta bernuansa konflik politik. Aku seorang rakyat jelata sangat memohon! Segeralah bersatu dengan teguh dalam segala perbedaan menurut keyakinan individu dan kelompok mereka yang berpegang kepada sila pertama di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika.
Kelompok-kelompok Laskar Pembela Islam tetap memegang komitmen, bahwa perbedaan-perbedaan dalam agama, khususnya Agama Islam adalah sesuatu hal yang sangat wajar dan manusiawi. Janganlah dinodai oleh tindakan-tindakan anarkis yang tidak manusiawi.
Sedangkan kelompok mereka yang terhujat, teraniaya dan terusir adalah juga manusia yang mempunyai perasaan, nurani, dan keyakinan yang berbeda-beda, dan itulah fitrah Illahi yang hakiki.
Kehidupan mereka teraniaya, anak-anak mereka serta kerabat-kerabat mereka serasa hidup dalam kamp-kamp zaman Belanda dan Jepang tempo doeloe, bahkan mungkin lebih menyeramkan lagi. Mereka dihantui ketakutan serta kecemasan yang tak terhingga di negeri kelahirannya. Entah bagaimana nasib anak-anak bangsa.... dari hari ke hari............hingga..nanti... bila tidak diawali dengan mempersatukan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan sosial, politik, budaya, dan agama. Sesuai dengan sila ketiga Landasan Idiil Negara, yaitu Persatuan Indonesia.
Cimahi, 20 Mei 2008
Berawal dari seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Aku seorang rakyat jelata yang terlunta-lunta di negeri tempat kelahiranku. Gubukku berlantai tanah, berdinding dus-dus bekas, dengan asesoris interior bekas kertas kantong semen yang kutempel menutupi lubang-lubang dus yang sudah lapuk dan usang.
Itu pun....... entah tanah siapa.............
Bila ada kelompok manusia lain seraya mengemban instruksi kebijakan publik untuk menggusur tempatku dan mengusir Aku. Lalu... aku pun hijrah dari tempat kenangan mimpi buruk yang satu, ke tempat kenangan yang semakin buruk lainnya....dan begitulah seterusnya...
Entah sampai kapan Aku, istriku dan ke tiga anak-anakku yang masih kecil-kecil dan sedang memasuki usia sekolah, harus terus menerus hijrah, bila datang instruksi dari suatu kebijakan publik, yang bagaikan mesin-mesin pemburu.
Aparatur pemerintahan dalam mensejahterakan rakyat di negeri ini hanya mampu mengusir Aku seraya menghancurkan gubukku. Aku pun terusir beserta orang-orang yang senasib denganku, bahkan mungkin mereka jauh lebih menderita lagi dari Aku.
Aku seperti layaknya terdampar di planit bumi yang makhluk hidupnya terdiri dari tumbuhan, hewan, dan manusia, dan di antara semua makhluk hidup di planit bumi ini, yang paling serakah serta melebihi keganasan binatang buas sekalipun, adalah makhluk yang bernama manusia.
Makhluk manusia yang berperan dalam kancah politik negara sebagai orang-orang besar, serta tinggi kedudukannya, dengan kekayaan yang melebihi kelayakan, mereka masih tergiur dengan setetes madu azab hukum Allah, yaitu yang namanya korupsi, yang dipersonifikasikan sebagai tikus-tikus cerdik berdasi yang menjadi perusak sistem administrasi di negeri planit bumi ini.
Khususnya di negeri Indonesia, semua paradigma dalam Sistem Administrasi Negara Indonesia, sangat begitu ironis. Begitu konprehensif, mulai dari hukum dan ketatanegaraan, hingga kelompok-kelompok agama berbaur dalam kancah politik negara yang sudah jelas dan pasti ! Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kelompok Agama Islam yang besar dan kuat, menghujat kelompok Agama Islam lain yang kecil dan terisolasi. Hanya karena perbedaan-
perbedaan kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi, apabila tidak diatur dan didramatisir oleh kepintaran dari keangkuhan manusia.
Tetapi Hukum Allah yang pasti, akan mengatur dan menentukan segala yang ada di alam semesta ini, termasuk keyakinan-keyakinan individu.Siapa di antara mereka yang benar-benar beriman kepada-Nya.
Bukan memperselisihkan suatu Kaidah Akidah dalam Ilmu Agama Islam. Belum pasti! Kelompok besar dan kuat, yang mengaku dirinya atau kelompoknya yang paling benar.
Sesungguhnya kebenaran itu adalah datangnya dari Hukum Allah dalam Ilmu Agama Islam, bukan hukum kebenaran dari sangkaan yang datang dari kelompok manusia yang bernuansa tahayul yang selalu memaksakan kehendak pribadi serta golongan.
Hukum Tata Negara Indonesia yang berazaskan Pancasila dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, itu kebebasan seluruh pemeluk agama apapun, khususnya pada pemeluk Agama Islam yang sudah berkembang dan tercerai-berai serta bernuansa konflik politik. Aku seorang rakyat jelata sangat memohon! Segeralah bersatu dengan teguh dalam segala perbedaan menurut keyakinan individu dan kelompok mereka yang berpegang kepada sila pertama di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika.
Kelompok-kelompok Laskar Pembela Islam tetap memegang komitmen, bahwa perbedaan-perbedaan dalam agama, khususnya Agama Islam adalah sesuatu hal yang sangat wajar dan manusiawi. Janganlah dinodai oleh tindakan-tindakan anarkis yang tidak manusiawi.
Sedangkan kelompok mereka yang terhujat, teraniaya dan terusir adalah juga manusia yang mempunyai perasaan, nurani, dan keyakinan yang berbeda-beda, dan itulah fitrah Illahi yang hakiki.
Kehidupan mereka teraniaya, anak-anak mereka serta kerabat-kerabat mereka serasa hidup dalam kamp-kamp zaman Belanda dan Jepang tempo doeloe, bahkan mungkin lebih menyeramkan lagi. Mereka dihantui ketakutan serta kecemasan yang tak terhingga di negeri kelahirannya. Entah bagaimana nasib anak-anak bangsa.... dari hari ke hari............hingga..nanti... bila tidak diawali dengan mempersatukan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan sosial, politik, budaya, dan agama. Sesuai dengan sila ketiga Landasan Idiil Negara, yaitu Persatuan Indonesia.
Cimahi, 20 Mei 2008
puisi serampangan
puisi Serampangan,
dari budaya Negeri Serampangan,
yang berkilau bagaikan permata khatulistiwa di mata dunia.
Seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Ingin rasanya Aku turut bangkit, seperti bangkit dari kubur !
Tapi Aku, sungguh terhimpit, terperosok, terlindas, dan terkubur dalam keadaan hidup, hingga saat ini.
Aku terombang-ambing ambisi para pengagung negeri dalam kancah pergolakan sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama.
puisi Serampangan,
tak tentu arah, kendati tujuan jelas dan nyata, yaitu berlabuh dan berlaju dalam Bahtera Landasan Idiil Negara dan Landasan Konstitusional Negara.
Tetapi, para Pengagung Negeri Serampangan, sebahagian terdiri dari tikus-tikus cerdik dan licik, yang turut serta dalam menentukan kebijakan publik, sehingga kejayaan dan kemakmuran negeri ini, dihiasi permata kakek-kakek tua renta yang mencari sesuap nasi sebagai kuli panggul di pasar-pasar tradisional, para penarik becak di pelosok jalanan kecil, penjahat-penjahat kelas teri, yang situasi dan kondisinya terpaksa dan dipaksa oleh suatu realita kebijakan publik.
Memikul beban hidup dan beban pendidikan anak-anak negeri, dalam seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional ini, seakan tak kuasa untuk bangkit, apalagi berjalan, dan...l a r i.
Dirgahayu Hari Kebangkitan Nasional
dalam usia seratus tahun
Cimahi, 20 Mei 2008
dari budaya Negeri Serampangan,
yang berkilau bagaikan permata khatulistiwa di mata dunia.
Seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Ingin rasanya Aku turut bangkit, seperti bangkit dari kubur !
Tapi Aku, sungguh terhimpit, terperosok, terlindas, dan terkubur dalam keadaan hidup, hingga saat ini.
Aku terombang-ambing ambisi para pengagung negeri dalam kancah pergolakan sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama.
puisi Serampangan,
tak tentu arah, kendati tujuan jelas dan nyata, yaitu berlabuh dan berlaju dalam Bahtera Landasan Idiil Negara dan Landasan Konstitusional Negara.
Tetapi, para Pengagung Negeri Serampangan, sebahagian terdiri dari tikus-tikus cerdik dan licik, yang turut serta dalam menentukan kebijakan publik, sehingga kejayaan dan kemakmuran negeri ini, dihiasi permata kakek-kakek tua renta yang mencari sesuap nasi sebagai kuli panggul di pasar-pasar tradisional, para penarik becak di pelosok jalanan kecil, penjahat-penjahat kelas teri, yang situasi dan kondisinya terpaksa dan dipaksa oleh suatu realita kebijakan publik.
Memikul beban hidup dan beban pendidikan anak-anak negeri, dalam seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional ini, seakan tak kuasa untuk bangkit, apalagi berjalan, dan...l a r i.
Dirgahayu Hari Kebangkitan Nasional
dalam usia seratus tahun
Cimahi, 20 Mei 2008
kata pengantar
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam yang telah Allah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Besar Muhammad s.a.w., juga kepada para sahabatnya dan kepada kita semua sebagai hamba Allah dan umat Rasulullah s.a.w. yang telah mendapatkan rahmat serta petunjuk dari Ilmu Allah, yaitu rahmat keimanan dan keislaman yang terurai secara sistematis di dalam sebuah Kitab Al Quran.
Sebagai seorang rakyat jelata yang bukan ahli dalam keilmuan, khususnya Ilmu Agama Islam. Sebenarnya Aku sungguh tidaklah akan mampu menguntai kata dan membentuk kalimat yang sedikit indah.
Sungguh , Aku...bukanlah seorang yang pandai menulis. Coretan-coretanku begitu acak-acakan. Bukan sebuah karya ilmiah, dan bukan pula sebuah fiksi.
Aku hanya terinspirasi seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional dari tayangan-tayangan berbagai stasion televisi, yang begitu semarak, begitu menggebyar, menggemparkan, dan.....waah!.....Keren !
Cimahi, 20 Mei 2008
Deni Lesmana,S.Sos
Telp. (022) 92519792
Handphone 081809889181
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji kepunyaan Allah. Shalawat dan salam yang telah Allah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Besar Muhammad s.a.w., juga kepada para sahabatnya dan kepada kita semua sebagai hamba Allah dan umat Rasulullah s.a.w. yang telah mendapatkan rahmat serta petunjuk dari Ilmu Allah, yaitu rahmat keimanan dan keislaman yang terurai secara sistematis di dalam sebuah Kitab Al Quran.
Sebagai seorang rakyat jelata yang bukan ahli dalam keilmuan, khususnya Ilmu Agama Islam. Sebenarnya Aku sungguh tidaklah akan mampu menguntai kata dan membentuk kalimat yang sedikit indah.
Sungguh , Aku...bukanlah seorang yang pandai menulis. Coretan-coretanku begitu acak-acakan. Bukan sebuah karya ilmiah, dan bukan pula sebuah fiksi.
Aku hanya terinspirasi seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional dari tayangan-tayangan berbagai stasion televisi, yang begitu semarak, begitu menggebyar, menggemparkan, dan.....waah!.....Keren !
Cimahi, 20 Mei 2008
Deni Lesmana,S.Sos
Telp. (022) 92519792
Handphone 081809889181
Langganan:
Postingan (Atom)